

Branding Kota Pekalongan sebagai 'World's City of Batik' digambarkan dalam sebuah visual sebagamana tampak di samping, yang merupakan logotype dimana tulisan “Pekalongan” merupakan logo dengan penggayaan yang menggambarkan dinamisme kota yang kaya akan budaya dan tradisi dengan masyarakat yang sangat hangat dan bersahabat.
Logo diakhiri dengan lengkungan batang bunga ke atas yang menggambarkan tumbuh kembangnya kota dengan dalam semangat batik.
Karakter logotype diadaptasi dari penggayaan pengerjaan batik, menggambarkan keunikan kota Pekalongan yang inspiratif.
Logotype dibuat dalam 1 warna solid yang dapat tampil dalam berbagai warna, merupakan simbolisasi keluwesan kota dalam mengikuti perkembangan tren dunia.
Penjelasan loggo 'World's City of Batik' di atas saya kutip dari www.pekalongankota.go.id. Selanjutnya coba mari kita bahas apa yang dimaksud branding.
(dok: www.youtube.com)
American
Marketing Association mendefinisikan merek (brand) sebagai
“nama, istilah, tanda, lambang, atau desain, atau kombinasinya, yang
dimaksudkan untuk mengidentifikasikan barang atau jasa dari salah satu penjual
atau kelompok penjual dan mendiferensiasikan barang atau jasa dari salah satu
penjual atau kelompok penjual dan mendiferensiasikan merek dari para pesaing.”
Maka merek adalah produk atau jasa yang dimensinya mendiferensiasikan merek
tersebut dengan beberapa cara dari produk atau jasa yang dimensinya
mendiferensiasikan merek tersebut dengan beberapa cara dari produk atau jasa
lainnya yang dirancang untuk memuaskan kebutuhan yang sama. Perbedaan ini bisa
fungsional, rasional, atau nyata─berhubungan dengan kinerja produk dari merek.
Perbedaan ini bisa juga lebih bersifat simbolis, emosional, atau tidak nyata─berhubungan
dengan apa yang direpresentasikan merek. Saat ini merek memainkan sejumlah
peran penting yang meningkatkan hidup konsumen dan meningkatkan nilai keuangan
perusahaan.
Ekuitas
Merek (brand equity) adalah nilai tambah yang diberikan pada produk
dan jasa. Ekuitas merek dapat tercermin dalam cara konsumen berpikir,
merasa, dan bertindak dalam hubungannya dengan merek, dan juga harga, pangsa
pasar, dan profitabilitas yang diberikan merek bagi perusahaan.
Prinsip dari
model ekuitas merek berbasis-pelanggan adalah bahwa kekuatan merek terletak
pada apa yang dilihat, dibaca, didengar, dipelajari, dipikirkan, dan dirasakan
pelanggan tentang merek sepanjang waktu.
Ekuitas
merek berbasis-pelanggan (customer-based brand equity) adalah
pengaruh diferensial yang dimiliki pengetahuan merek atas repons konsumen
terhadap pemasaran merek tersebut.
Pertama,
ekuitas merek timbul akibat perbedaan respons konsumen. Jika tidak ada
perbedaan, maka pada intinya produk nama merek merupakan suatu komoditas atau versi
generik dari produk. Persaingan kemungkinan timbul dalam hal harga.
Kedua,
perbedaan respons adalah akibat pengetahuan konsumen tentang merek. Pengetahuan
merek (brand knowledge) terdiri dari semua pikiran, perasaan,
citra, pengalaman, keyakinan, dan lain-lain yang berhubungan dengan merek.
Secara khusus, merek harus menciptakan asosiasi merek yang kuat, menyenangkan,
dan unik dengan pelanggan, seperti yang dilakukan Volvo (keamanan),
Hallmark (perhatian), dan Harley-Davidson (petualangan).
Ketiga,
respons diferensial dari konsumen yang membentuk ekuitas merek tercermin dalam
persepsi, preferensi, dan perilaku yang berhubungan dengan semua aspek
pemasaran merek. Merek yang lebih kuat menghasilkan pendapatan yang lebih
besar.
Oleh karena
itu, tantangan bagi pemasar (Kota Pekalongan) dalam membangun merek yang kuat adalah memastikan
bahwa pelanggan memiliki jenis pengalaman yang tepat dengan produk, jasa, dan
program pemasaran mereka untuk menciptakan pengetahuan merek yang diinginkan.
Menurut penulis, pemasaran Batik Pekalongan dan brand 'World's City of Batik' akan mencitrakan brand merek secara fashionable, muda (lihat segmentasi), trendy, berkharisma. Prinsip dari model ekuitas merek Batik Pekalongan dan 'World's City of Batik' berbasis-pelanggan, yaitu bahwa kekuatan merek terletak pada apa yang dilihat, dibaca, didengar, dipelajari, dipikirkan, dan dirasakan pelanggan tentang merek sepanjang waktu. Orang atau pembeli/pemakai Batik Pekalongan terlihat fashion, trendy, smart, dan berkharisma. Oleh karena itu, kita perlu memposisikan pembeli atau customer sebagai sarana iklan atau promosi disamping sebagai marketshare.
Ditulis Oleh : Unknown ~ Guru di SMA 5 Semarang

Batik yang bagus dan layak diakui dunia dan go internasional.
BalasHapusBatik pekalongan anek jenis dan bagus dengan harga terjangkau oleh masyarakat. Adakan up date kreasi dan model agar dapat bersaing dan digemari. Khusnul Khotimah - Reban Batang
BalasHapus